Di Indonesia kegiatan yang terkait dengan arsitektur modern dimulai oleh orang-orang Belanda. Dengan demikian, dokumen yang dipergunakan juga berbahasa Belanda. Istilah-istilah mengalami perubahan dan atau transliterasi sesuai dengan lidah lokal dan dipergunakan secara luas, bahkan seringkali berubah dan atau disingkat. Hal ini antara lain disebabkan oleh rendahnya pendidikan para pelaku jasa konstruksi. Istilah plafon yang berasal dari plafond (Belanda) berubah menjadi plapon, bahkan menjadi palapon (Sunda). Tidak jarang merk suatu produk menjadi nama generik, seperti eternit yang di Jawa Barat berubah menjadi internit. Hal yang sama terjadi pada Pralon yang merupakan merk pipa PVC dan dipergunakan sebagai nama generik pipa PVC dan, sekali lagi, di Jawa Barat menjadi paralon. Kadang-kadang istilah-istilah baru tersebut melenceng dari maksud aslinya, seperti istilah dak (Belanda) yang dipergunakan untuk pengertian atap datar (plattedak) yang dibuat dari beton.
Setelah kemerdekaan kebutuhan akan dokumen, dan dengan demikian termasuk istilah-istilah yang dipergunakan, yang disiapkan dalam bahasa Indonesia semakin meningkat. Upaya untuk membakukan berbagai istilah dalam Industri Konstruksi belum sempat dituntaskan, sementara intensitas pembangunan semakin meningkat. Harus diakui bahwa dibandingkan dengan bahasa Inggris dan Bahasa Belanda terjemahan istilah ke dalam bahasa Indonesia menjadi panjang. Sebagai akibatnya dapat segera diduga : orang meng-Indonesia-kan istilah-istilah tersebut dan menghasilkan istilah dan kata serapan. Kebiasaan ini berlanjut meskipun sebenarnya ada padankata yang ringkas dalam bahasa Indonesia dan atau bahasa daerah.
Sekitar tahun enampuluhan mulai masuk pengaruh Amerika Serikat dan bahasa Inggris ke dalam Industri Konstruksi. Hal ini berdampak besar karena standar dokumen maupun istilah yang dipergunakan menjadi rancu akibat dipergunakannya istilah-istilah dari berbagai sumber, Belanda, Inggris, Indonesia, dan Lokal. Masalah muncul karena banyak istilah yang sama atau mirip tetapi sangat berbeda artinya. Seringkali dijumpai dokumen dengan istilah yang berasal berbagai bahasa, bahkan ada yang dicampuradukkan. Pernah ditemukan istilah keramix (maksudnya keramik), duck standard (maksudnya dak standaard – Bld.), opnam (maksudnya opname), as to as (maksudnya jarak antara dua sumbu, on centers – Inggris), trafe (maksudnya travee – Belanda), kavetaria, dsb. Pada kasus lain istilah diubah mungkin karena tidak sesuai dengan ‘kebiasaan’ atau ‘selera’ bahasa, misalnya negosiasi menjadi negoisasi, konstruksi menjadi kontruksi, divider menjadi devider, gunning (Belanda) dibaca seperti istilah Inggris dan seterusnya, yang tentu saja dapat sangat berbeda artinya. Bahkan istilah arsitek dan arsitektur sering dipergunakan secara salah.
Dalam situasi seperti ini penulis tidak bermaksud untuk membakukan istilah, atau membantu membuat dokumen dalam bahasa asing. Kamus ini disiapkan untuk menjelaskan apabila dijumpai istilah-istilah yang mungkin hanya terasa aneh dan menolong pemakai memilih istilah yang lebih tepat dan benar untuk dokumen yang sedang dikerjakan. Kamus Istilah ini merupakan pengembangan dari Kamus Istilah Teknik Arsitektur yang disiapkan tahun 1976 di mana penulis menjadi anggota tim. Pemilihan istilah dalam kamus edisi ini terutama berdasarkan seringnya suatu istilah dipergunakan dalam tahap perancangan sampai tahap konstruksi. Dengan demikian tidak semua istilah dilengkapi dengan padan-kata dalam bahasa lain.
Format kamus juga berbeda dengan kamus yang biasa karena seluruh istilah, dari berbagai sumber dan bahasa, diurutkan secara alfabet. Untuk membedakan istilah yang terdiri dari dua kata atau lebih dari kalimat biasa, huruf pertama tiap kata ditulis dengan huruf besar. Kamus ini juga disiapkan sebagai kamus tertulis dengan menyadari kemungkinan salah pengucapan karena tiap bahasa mempunyai cara pengucapan yang berbeda. Hanya dimana dianggap sangat perlu disertakan pelafalannya.
Penyiapan kamus ini juga dipicu oleh kebutuhan yang mendesak untuk mendukung pelaksanaan kegiatan akademik, terutama Studio, di Program Studi Arsitektur ITB. Edisi pertama, dalam bentuk digital dan diringkas, diterbitkan untuk kalangan sendiri. Kepada para pemakai, khususnya di lingkungan perguruan tinggi dan praktisi, dimohon perhatiannya untuk memilih dan menulis suatu istilah dengan benar. Penulisan yang benar dan tepat akan merupakan langkah awal menuju kualitas industri konstruksi yang lebih baik. Perlu diupayakan untuk membatasi pemakaian istilah dalam satu bahasa saja, kecuali tentunya karena sangat terpaksa. Dalam situasi seperti ini perlu dipilih dengan teliti istilah mana yang tepat dan tidak menimbulkan kebingungan di antara para pemakai dokumen. Dalam kamus ini tidak semua istilah diberi penjelasan karena kebanyakan sudah merupakan istilah umum, hanya dilengkapi dengan padankata dalam bahasa lain. Itupun tidak seluruhnya lengkap, semata-mata karena istilah dalam bahasa tertentu jarang dipergunakan.
Kamus istilah arsitektur sangat luas cakupannya dan penulis tidak bermaksud untuk menyajikan kamus yang lengkap, yang meliputi berbagai aspek, seperti filsafat arsitektur, sejarah arsitektur, teori arsitektur, perencanaan kota, perancangan urban, perancangan bangunan, rekayasa tapak, manajemen proyek, bahkan sampai dengan dokumen kontrak dan pemanfaatan dan pemeliharaan. Sangat mungkin untuk masing-masing aspek diterbitkan kamus istilah tersendiri meskipun pada edisi ini ada istilah-istilah yang berasal dari berbagai aspek di atas, namun, sekali lagi pertimbangan untuk memasukkan istilah tersebut adalah frekuensi pemakaian istilah tersebut, terutama dalam tahap perancangan dan konstruksi.
Penulis sangat menyadari bahwa kamus ini masih jauh dari sempurna, maka pendapat dan saran dari para rekan akan sangat penulis hargai sebagai masukan untuk edisi berikutnya. Juga disampaikan penghargaan dan terima kasih kepada rekan-rekan di Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan, khususnya Ir. Bambang Totopambudi. Terima kasih juga disampaikan kepada Rudy Novian, ST. atas kesediaannya membaca naskah, memperbaiki tipografi dan mengatur penerbitan kamus ini.
Bandung, Mei 2010
Sugeng Rahardjo
No comments:
Post a Comment